Teruntuk Dewi Pujangga
Waktu mempertemukan lirih rindumu dengan canda keterlaluan milikku
lalu?
Siapa sangka kau memutar kata dan berbalik tenang dalam dunia maya
Lalu tebarkan jala di tiap rasaku menjaring kata meluluhkan asa
Siapa sangka pula kau bisa tersenyum manis dan mengubah pedih dalam hidup sejatinya
Dan memanggil peri cinta menyapaku lalu sampaikan pesan rindu pujangga
Aku terpacu jarum penunjuk waktu mengusung saatku menuju Selat Malaka milikmu
Kini terpaku tegun penegak tekadku mengeluh kata menatap buku-buku hampa milikku
Lalu diam
...
Siapa sangka tawa merduku malah membuat pedih hatimu teringat senyum dewa
Meluruh asin peluhku tiap harinya dan terik masih tetap berkuasa
Siapa sangka juga tegak syairmu bermuka dua dengan pengecut bercadar di sebelahnya
Meratap lirih di karang-karang sejarah, terpukul perih luka-luka berkisah
Engkau terpilih di antara semua kitab-kitab cinta bahkan saat gerai mahkotamu dikecup angin
Yang mengambang kosong kulepas bersama samudera walau akhirnya hanya terpeluk dingin
Remas jemarinya, Dewi
seperti genggaman di tiap butir pasirmu kala awan sejuk memberikan sesaat masa untukmu
Peluk rindunya, Dewi
seperti pesisir mendekap riak lautan karena kau tak bisa kehilangan sedetikpun ombak membiru
Lalu ketika senja mulai mengintip di balik sinisnya lautan dan kapal cinta beranjak menghilang
Sudah saatnya kau tertidur polos dalam pangkuan malam di pegunungan tinggi bersama bintang
maaf,..ini untuk ngtes postingan pertama...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar